Selasa, 25 Maret 2008

TANJUNG API-API, NASIB HUTAN MANGROVE DAN NASIB RAKYAT SUMATERA SELATAN


Oleh : Hadi jatmiko Aktivis Lingkungan,Wakil Sekretaris DPW Sarekat Hijau Indonesia ( SHI ) Propinsi Sumsel


Ar-Ruum (31): 41
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Firman ALLAH diatas sangatlah baik untuk kita jadikan sebagai bahan mengevaluasi dan merefleksikan diri, atas semua kejadian alam yang terjadi saat ini. Banjir, Tanah Lonsor dan Gempa Bumi yang terjadi, bukanlah sebuah kejadian alam yang murni seperti yang dikatakan oleh Pejabat ( Birokrat ) “Bencana alam adalah takdir yang maha kuasa“. Pernyataan ini menurut penulis, adalah cara yang digunakan oleh pejabat ( Birokrat ) untuk mengarahkan pemikiran rakyat sebagai korban dari Bencana alam agar berpikir bencana yang menerpa mereka adalah sebuah takdir yang di berikan oleh ALLAH kepada Umatnya , sehingga para pembuat Undang - undang dapat terus memproduksi Undang- Undang yang mengeksploitasi sumber-sumber kekayaan Alam. Salah satu contohnya yaitu dikeluarkannya PP No 2 Tahun 2008 tentang ”jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang berlaku pada departemen kehutanan” yang saat ini terus menjadi polemik di masyarakat.

Saat ini Pemerintah Propinsi Sumatera selatan sedang gencar –gencar nya mempromosikan Pembangunan Pelabuhan Tanjung api-api yang Lokasinya berada di Kabupaten Banyuasin, 70 KM dari kota Palembang dan di perkirakan akan menghabiskan dana ± Rp 7 Triliun. Harapan pemerintah dpelabuhan ini, akan menjadi salah satu Pelabuhan Internasional yang ada di Indonesia.

Adapun Ide untuk membangun Pelabuhan Tanjung api-api telah di gulirkan sejak masa kepemimpinan Gubernur H Asnawi Mangku Alam, dan H Sainan Sagiman. Serta Dua mantan gubernur Sumsel belakangan, yaitu H Ramli Hasan Basri yang memerintah selama dua periode, H Rosihan Arsyad, namun semua mimpi – mimpi serta harapan dari para pemimpin tersebut tidak bisa menjadi kenyataan saat kekuasaan masih berada di tangan Mereka.

Proyek Pelabuhan Tanjung api-api akan dibagi dalam 3 bagian yaitu kawasan pelabuhan seluas 13.000 Ha, kawasan utilitas seluas 9.324,35 Ha dan 4.000 Ha akan digunakan sebagai kawasan penunjang, sehingga jika di jumlahkan dari 3 kawasan tersebut menjadi 26324,35 Ha. dari Luas kawasan tersebut terdapat kawasan Hutan Mangrove yang panjang ± 30 KM termasuk sebagai Kawasan Hutan Mangrove terpanjang di Asia, serta jarak dari Lokasi yang akan dilakukannya pembangunan Mega proyek ini sangatlah berdekatan ± 5 Km.dengan Taman Nasional Sembilang ( TNS ) yang dilindungi oleh Undang-Undang ( KepMen No.95/kptsII/2003 )

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus), dan tempat persinggahan burung-burung migrant. dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh International Union of Coservation Nature and Natural Resource-Crocodile Specialist Group (IUCN CSG) dan Wetlands International di Lokasi yang akan di bangun Mega proyek ini terdapat spesies dari buaya Sinyulong (Tomistoma schlegeli). yang berdasarkan Kepmen no 32 tahun 1990 spesies ini diketegorikan mendapat perlindungan No 1 di Indonesia karena sedang mengalami kepunahan.
Hutan Mangrove adalah pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai, menyediakan berbagai hasil kehutanan seperti kayu bakar, alkohol, gula, bahan penyamak kulit, bahan atap, bahan perahu, sebagai tempat hidup dan berkembang biak ikan, udang, burung, monyet, buaya dan satwa liar lainnya yang diantaranya endemic.

Dari hal diatas Fungsi Hutan Mangrove tersebut dapat di spesifikan menjadi 3 Fungsi yaitu Fungsi fisik: Secara fisik hutan atau ekositem mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindingi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah. Fungsi Biologi: Secara biologi hutan atau ekosistem mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah asuhan pasca larva dan yuwana jenis-jenis tertentu dari ikan, udang dan bangsa krustasea lainnya serta menjadi tempat kehidupan jenis-jenis kerang dan kepiting, tempat bersarang burung-burung dan menjadi habitat alami bagi berbagai jenis biota. Fungsi ekonomi atau fungsi produksi. Selain mempunyai fungsi dan manfaat seperti tersebut di atas, ekosistem dan hutan mangrove juga sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Anggaran untuk pembanguan Mega proyek ini seperti yang telah ditulis diatas sangat lah besar yaitu ± 7 triliun sedangkan APBD propinsi sumatera Selatan untuk Tahun 2007 hanya 2,3 Triliun tidak sampai 50 % dari anggaran Proyek sehingga strategi yang dipakai Pemerintah untuk membiayai proyek ini dengan cara Pembiayaan APBD Jamak yang artinya setiap Tahun di dalam Anggaran APBD propinsi Sumatera Selatan terdapat Sub anggaran untuk Proyek ini.sedangkan untuk investor yang berminat menginvestasikan uangnya sampai saat ini belum ada kejelasan

Dari banyaknya Faktor diatas inilah yang mungkin dijadikan pertimbangan oleh para Pemimpin Sum-sel terlebih dahulu untuk tidak melaksanakan Proyek ini. Tetapi hal ini berbeda dengan Pemerintahan atau Pemimpin sum-sel saat ini walaupun banyak dampak dan protes yang dilakukan oleh Organisasi Lingkungan dan Masyarakat, Pemerintah masih tetap keras kepala untuk terus melanjutkan Mega Proyek ini, hal ini memunculkan Pertanyaan bagi masyarakat ada apa dengan Proyek ini?. Kalo seandainya Pemerintah beralasan bahwa dengan adanya Pelabuhan Internasional dan Nomor 1 di Asia ini akan berdampak dengan kenaikan Pendapatan Asli Daerah dan mensejahterakan Rakyat maka penulis merasa pesimis karena Singapura yang memiliki Pelabuhan terbesar di Asia pasti tidak akan merelakannya dan mungkin akan melakukan Upaya apapun untuk Mempertahan pendapatan terbesar Negara nya. sehingga apabila kondisi ini terjadi apakah pemerintah Sumatera Selatan akan mampu bersaing?. Telah banyak proyek-proyek besar dan mega proyek - mega proyek besar yang direalisasikan oleh pemerintah Sumatera Selatan salah satu contohnya program ” Visit Musi 2008 ” yang telah menghabiskan uang bermilyaran Rupiah namun setelah program ini di lounching kan pada awal Januari kemarin, tidak ada dampak signifikan terhadap meningkatnya perekonomian rakyat dan ini memunculkan pemikiran masyarakat bahwa Proyek atau program yang ada di sumatera selatan hanyalah sebuah mesin ATM bagi para pejabat untuk mengambil Uang negara dan menjadikan nya sebagai panggung untuk dikenal (pencitraan).bagaimana dengan Mega proyek Pelabuhan Tanjung api-api apakah Proyek ini pun masuk dalam Kategori ini?.

Tidak ada komentar: